Di negara kita, gempa merupakan fenomena alam yang sering terjadi dan patut diperhitungkan dalam pembangunan konstruksi.
Lalu bagaimana caranya agar bangunan kita bisa menahan gempa?
Langkah pertama adalah membangun pondasi yang tahan gempa. Bagaimana caranya?
Tentunya pondasi sudah harus diperhitungkan oleh engineer yang mengerti tentang hal tersebut.
Pada saat pelaksanaan, juga harus mengikuti kaidah yang berlaku.
Jenis pondasi :
Jenis pondasi :
- Pondasi dangkal : pondasi batu kali, pondasi tapak beton, pondasi rakit, pondasi sumuran.
- Pondasi dalam : pondasi tiang pancang, pondasi tiang bor/strauss.
Pemilihan jenis pondasi yang tepat untuk sebuah bangunan akan menentukan kekuatan bangunan. Dalam hal ini engineer yang ahli di bidang pondasi diperlukan untuk membantu owner menentukan jenis pondasi yang tepat.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi.
- Lakukan soil test. Soil test adalah penyelidikan tanah yang dilakukan oleh ahli tanah, yang dapat merekomendasikan jenis pondasi yang sesuai dengan kebutuhan, dengan kondisi tanah yang ada. Hal ini penting untuk dilaksanakan agar pondasi kita aman, namun juga tidak boros.
- Pastikan pembesian utama kolom sudah cukup kuat dan harus masuk ke bagian pondasi. Panjang besi yang tertanam dalam pondasi minimal adalah 40 x diameter besi yang terpasang.
- Pembesian sengkang/beugel kolom sudah cukup kuat dan juga harus menerus sampai ke dasar pondasi.
- Pondasi harus tersambung kepada sloof/balok bawah. Bila sloof disambung ke bagian kolom, pastikan pembesian sengkang/beugel sloof dimulai dari sedekat mungkin dengan permukaan samping kolom.
Dengan mematuhi hal2 tersebut di atas, paling tidak kita sudah mengikuti kaidah yang benar untuk bangunan tahan gempa. Tentu saja perhitungan kekuatan (tidak dibahas pada postingan ini karena terlalu rumit) harus dilakukan dengan benar. Sehingga dimensi pondasi dapat ditentukan dengan benar.
Gambar berikut adalah contoh desain pondasi tiang bor (strauss pile), gambar desain dan pelaksanaannya.
